Alasan seorang mukmin tidak takut mati

renungan kematian

Syubbannews.com >>>> sahabat fillah mungkin ini menjadi renungan bagi kita semua, disaat menghadapi kematian. Kematian sesuatu hal yang pasti, kita tidak bisa lari atau sembunyi dari kematian. Kematian pasti akan datang menjemput kita. Sebagai seorang mukmin hendaklah tidak takut akan datangnya kematian, yang perlu kita lakukan adalah bekal kita menghadapi kematian tersebut untuk mengarungi perjalanan yang sebenarnya, yaitu Akhirat.

Nabi Muhammad  saw. menjelaskan alasannya

مَن أحَبَّ لقاءَ اللهِ أحَبَّ اللهُ لقاءَه ومَن كرِه لقاءَ اللهِ كرِه اللهُ لقاءَه قالت: فقُلْتُ: يا نبيَّ اللهِ كراهيةَ الموتِ؟ فكلُّنا نكرَهُ الموتَ قال: (ليس كذلك ولكنَّ المؤمنَ إذا بُشِّر برحمةِ اللهِ ورضوانِه وجنَّتِه أحَبَّ لقاءَ اللهِ وأحَبَّ اللهُ لقاءَه وإنَّ الكافرَ إذا بُشِّر بعذابِ اللهِ وسَخطِه كرِه لقاءَ اللهِ وكرِه اللهُ لقاءَه)

“Siapa saja yang menyukai perjumpaan dengan Allah, Allah pun menyukai perjumpaan dengannya. Siapa saja yang tidak menyukai perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun tidak menyukai perjumpaan dengannya.” Sayyidah Aisyah bertanya, “Aku tanyakan, wahai Nabi Allah, membenci kematian? Semua kita pasti tidak suka dengan kematian.”

Nabi menjawab, “Tidak begitu. Orang Mukmin itu, ketika didatangi kematian, dia diberi kabar gembira akan kasih sayang Allah, ridha dan surga-Nya. Dia menyukai perjumpaan dengan Allah, Allah pun menyukai perjumpaan dengannya.”

“Sedangkan orang Kafir, ketika didatangi kematian, dia diberitahu adzab dan kemurkaan Allah, maka dia tidak menyukai perjumpaan dengan Allah, dan Allah pun tidak menyukai perjumpaan dengannya.” (HR Ibn Hibban dalam sahihnya)

Inilah alasan mengapa orang Mukmin, orang saleh dan bertakwa itu tidak takut mati. Karena itu adalah momen perjumpaan dengan Rabbnya. Saat dia melihat Rabbnya menyambut dengan rida, dan surga pun ditunjukkan kepadanya

یَـٰۤأَیَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئنَّةُ ۝ ٱرۡجِعِیۤ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِیَةࣰ مَّرۡضِیَّةࣰ ۝ فَٱدۡخُلِی فِی عِبَـٰدِی ۝ وَٱدۡخُلِی جَنَّتِی

Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS Al-Fajr: 27-30)

Karena itu, hidup dan mati adalah kepastian. Tapi, bagaimana kita hidup, taat atau maksiat, adalah pilihan. Jika kita istiqamah dalam ketaatan, insya Allah, kita termasuk orang Mukmin yang merindukan perjumpaan dengan Allah. Allah pun merindukan kita.

Bahkan, saking rindunya Allah, singgasana-Nya sampai bergetar. Jibril pun bertanya siapa dia? Sa’ad bin Mu’adz

Dalam al-Quran dijelaskan bahwa ada hamba-hamba Allah yang tidak merasa takut dengan kematian, melainkan rindu. Ruh yang merindukan kehidupan abadi dan kesenangan yang hakiki. Di antara mereka adalah Yusuf dan Ibrahim.

Kerinduan Nabi Yusuf a.s. tergambar dalam bunyi ayat ini: “Ya Tuhanku, sesungguhnya engkau sudah beri kepadaku kerajaan (kekuasaan) dan telah ajarkan kepadaku akan takwil mimpi, hai Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, Engkaulah penjagaku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan seorang muslim, dan hubungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (QS.Yusuf: 101).

Demikian juga kerinduan Nabi Ibrahim a.s, “Ya Tuhanku, berilah kepadaku hukum dan hubungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. Jadikanlah bagiku lidah kebenaran bagi orang-orang yang datang kemudian, jadikanlah aku termaksud orang-orang yang mewarisi surga yang penuh nikmat itu.” (QS. Al-Syura: 73-75).

Tidak takut dengan kematian bukan berarti memohon kepada Tuhan agar Dia segera mencabut nyawa kita. Diriwayatkan dari Anas r.a., Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Janganlah seseorang mengharap-harapkan kematian karena ditimpa sesuatu kesusahan. Kalau ia, tidak boleh tidak atau terpaksa, hendaklah berkata. “Wahai Allah, panjangkanlah umurku kalau hidup itu lebih baik bagiku, dan matikanlah aku jika mati itu lebih baik bagiku.”

Post a Comment

Previous Post Next Post