Khutbah Idul Adha Antara zulhijah, corona dan generasi Ismail

 Khutbah Idul Adha : ANTARA DZULHIJJAH, CORONA DAN GENERASI ISMAIL

oleh abu Wihdan 


Ma’asyiral Muslimin, Jama'ah Shalat Idul Adlha yang dirahmati Allah

Marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Yang Maha Besar, Maha Pencipta, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Pemberi rizki untuk seluruh makhluq-Nya. Kita semua faqir dan lemah dihadapan-Nya.

Jama'ah Shalat Idul Adlha yang dirahmati Allah

Bulan Dzulhijjah mengingatkan kita profil keluarga teladan, Nabi Ibrahim ‘alahissalam beserta istri dan anaknya. Kita lihat keindahan tiga sosok manusia pilihan:

Pertama, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, sosok seorang ayah yang sarat dengan kedalaman hikmah dan keluhuran akhlaq yang mulia. Konsepnya adalah sebagai berikut:

Kesatu, mengutamakan istri yang shalihah

Memilih istri yang shalihah yang paling baik agamanya dan akhlaqnya, merupakan prasyarat untuk mendapatkan anak yang shalih. Tanpa keshalihan seorang istri akan sulit mendidik anak untuk tunduk dan taat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Kedua, sangat peduli kepada generasi penerus yang shalih..

Nabi Ibrahim ‘alahissalam sering bermunajat kepada Allah Allah ‘Azza wa Jalla, agar dikaruniai anak yang shalih dengan do’anya:

“Ya Rabb, berikanlah keturunan padaku dari orang-orang yang shalih.” (Q.S. Ash-Shafat [37]: 100).

Untuk memiliki anak yang shalih tidak dapat dengan mendadak, tetapi harus mendidik, dan memohon pertolongan Allah.

Ketiga, menjadi teladan bagi anak-anak dan keluarganya.

Kunci sukses Nabi Ibrahim ‘alahissalam adalah metode keteladanan. Karena seorang anak cenderung meniru atau imitatif pada orang di sekitarnya, terutama pada orang tuanya.

Keempat, memilih lingkungan yang baik untuk perkembangan mentalitas anak.

Setelah Hajar melahirkan Ismail, Ibrahim pun mengantarkan mereka ke Makkah. Kemudian Ia bermunajat kepada Allah, agar tempat itu diberkahi dan baik untuk perkembangan aqidah dan mentalitas anaknya (Q.S. Ibrahim [14]: 37).

Kelima, mengajak musyawarah kepada anak.

Saat Ibrahim mendapat perintah menyembelih anaknya, ia panggil Ismail dengan kalimat "Ya bunayya" atau "Wahai anakku sayang". Panggilan penuh kasih sayang, komunikatif serta harmonis.

Ibrahim meminta pendapat Ismail menunjukkan sikap orang tua yang tidak otoriter, tidak memaksakan kehendak dan tetap menjunjung tinggi musyawarah.

Keenam, mencintai anak karena Allah.

Allah menguji cinta Ibrahim antara kepada Allah dan kepada Ismail. Ternyata demi cintanya kepada Allah, Ibrahim rela mengorbankan Ismail.

Kisah ini mengajarkan kita agar mencintai anak semata-mata karena Allah. Maka arahkan anak-anak kita dengan aturan Allah untuk menjadi generasi yang shalih.

Ketujuh, melibatkan anak beramal shalih

Saat membangun baitullah itu bersama anaknya, Ibrahim berdo’a agar mereka menjadi hamba yang taat dan negeri itu diberkahi (Q.S. Al-Baqarah [2]: 126-129).

Kedelapan, Nabi Ibrahim berharap dan mempersiapkan keturunannya menjadi Imaam.

Allah mengisyaratkan bahwa yang dijadikan Imaam bukanlah orang-orang yang zhalim (Q.S. Al-Baqarah [2]: 124). Ibrahim mendidik anaknya untuk berlaku adil, tidak bertindak zhalim.

Sebagai orang tua, seharusnya kita lebih mengkhawatirkan masa depan aqidah anak-anak kita daripada sekedar mengkhawatirkan karier dunia semata. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 133).

Hadirin kaum muslimin, Profil teladan kedua adalah Hajar.

1. Senantiasa ridla dan husnuzhan kepada Allah

Sikap inilah yang menjadikan mentalnya siap menerima berbagai keadaan, dari yang paling sulit sekalipun. Masa-masa sulit dilaluinya dengan tetap yakin, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan pernah membiarkannya.

2. Qana’ah dan Tawakkal

Hajar adalah sosok wanita yang memiliki kepribadian luar biasa. Sikap qana’ah yakni menerima dengan ridla apa adanya.

Dengan modal husnuzhan dan tawakkal yang totalitas hanya kepada Allah, akhirnya Allah mencukupkan kehidupannya, dan kini buahnya, Makkah menjadi negeri yang kaya raya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Dan barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, niscaya Allah mencukupkannya.” (Q.S. Ath-Thalaq [65]: 3)

3. Sabar dan Syukur

Dua sifat utama seorang mukmin adalah sabar dan syukur dimiliki Hajar, ia sabar menjalani hidup dan kehidupannya, dengan segala kekurangan dan keterbatasan. Dengan sifat syukurnya, Allah senantiasa memberikan solusi dari kesulitannya.

4. Rela berkorban untuk Allah

Profil Hajar sebagai mujahidah terpancar saat dirinya berkorban, anak satu-satunya diminta untuk diqurbankan kepada Allah yang harus lebih dicintainya. Allah berfirman:

Dan orang-orang beriman itu sangat cintanya kepada Allah…” (QS. Al-Baqarah [2]: 165)

shalat Idul Adha yang mengharap ampunan dan ridla Allah.

Profil yang ketiga adalah Ismail ‘alaihissalam.

Ia lahir dari kandungan orang tua yang shalih dan shalihah. Maka ia pun tumbuh menjadi seorang anak yang shalih dan luar biasa.

Keyakinannya kepada Allah begitu kuat. Al-Qur’an surat Ash-Shaffat [37] 102 menggambarkan dialog antara Ismail dengan Ibrahim

Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”

Ismail pun menjawab:

"Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"

Benarlah, Ismail ‘alaihissalam selalu menepati apa yang dijanjikannya. Karena itu di surat Maryam [19] 54-55 disebutkan: Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan dia menyuruh keluarganya untuk (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridlai di sisi Rabbnya.

Nabi Ismail telah lulus ujian di masa remaja dengan prestasi gemilang, dengan berbagai kemuliaannya.

Jama’ah shalat Idul Adha yang mengharap ampunan dan ridla Allah.

Kita ambil contoh teladan dari sosok Ismail sebagai berikut;

  • Ismail rajin belajar sejak kecil hingga dikaruniai ilmu dan hikmah.
  • Selalu berbakti kepada orang tuanya dalam berbagai hal yang baik.
  • Ismail adalah sosok yang selalu menepati janjinya, sehingga mudah menunaikan perintah Allah.
  • Selalu sabar dan berprasangka baik kepada ketetapan Allah, sekalipun diluar nalarnya.
  • Mengutamakan agama dan akhlaq dalam memilih istrinya. Sehingga di keturunan ke 19 melahirkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
  • Selalu mengarahkan keluarganya untuk bertauhid, mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
  • Istiqamah dalam kebenaran, mendidik anak dan semangat berdakwah, menjadikan ia termasuk generasi Rabbi Radliya, yakni generasi yang Allah ridlai.

Hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah
Setelah Dzulhijjah, kesempatan emas kedua, adalah adanya wabah corona yang tengah melanda dunia.
Siapa yang beramal shalih, terutama sedekah di tengah wabah ini, baik sedekah harta, tenaga atau ilmu, maka akan jauh lebih besar pahalanya dibandingkan dengan kondisi normal. Hal ini berdasarkan firman Allah; …Tidaklah sama di antara kalian orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. … (Q.S. Al-Hadid [57]: 10)

Begitu pula saat ini, berbagai kesulitan, kekurangan dan berbagai musibah kita rasakan bersama. Oleh karena ini setiap sedekah, kepedulian dan pengorbanan menjadi lebih besar dan lebih tinggi derajatnya, dibandingkan dengan kondisi normal. Namun demikian, keikhlashan harus tetap dijaga, karena yang sampai kepada Allah bukan darah dan dagingnya, akan tetapi ketakwaannya. (Q.S. Al-Hajj [22]: 37)

Jama'ah Shalat Iedul Adlha, yang merindukan cinta dan kasih sayang Allah.
Melalui hikmah Arafah, dan amalan-amalan di bulan Dzulhijjah ini, marilah kita wujudkan persatuan dan kesatuan kaum muslimin, Sebagaimana firman Allah:
Dan berpegang teguhlah kepada tali Allah seraya berjama'ah, dan janganlah berpecah-belah. (Q.S. Ali Imran [3]: 103)

Hidup berjama'ah dan berimaamah adalah pola kehidupan para nabi dan rasul Allah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Tiga Perkara yang tidak akan ada kedengkian atas mereka hati seorang muslim; Ikhlash beramal karena Allah, Menasihati Imaamul Muslimin dan Menetapi Jama’ah Muslimin.” (HR. Tirmidzi, no hadits 2582 ----Shahih)
Permasalahan muslimin di manapun berada, adalah masalah yang harus kita pecahkan bersama. Demikian pula Masjidil Aqsha adalah kehormatan kita, namun hingga kini masih dalam kekuasan Zionis Israel laknatullah 'alaihim.
Hamba-hamba Allah, muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah
Marilah kita tundukkan hati, pusatkan pikiran dan tanamkan rasa tawadlu untuk munajat kepada Allah,


Yaa Allah, Dzat Yang Maha Perkasa, pagi ini kami bersimpuh di hadapan-Mu dengan penuh kehinaan dan dosa.
Wahai Dzat Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil
Ya Allah Ya Rabb kami, Anugerahkanlah kepada kami kemampuan untuk meneladani keluarga Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Yaa Rabb, Dzulhijjah tahun ini kami jalani di tengah wabah corona. Kami menjadi lalai dengan ‘adzab-Mu, dengan neraka-Mu, karena terlalu fokus dengan pandemi ini.
Ya Allah, Masukkanlah kami kepada golongan hamba-Mu yang shalih, satukan kami dengan para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Dekaplah kami dipangkuan-Mu dengan cinta, ampunan dan ridla serta karunia-Mu. Ya Allah. Amiin Yaa Rabbal ‘alamiin.


by, Kumpulan Khutbah Jum'at / Khutbah Idul Adha

Post a Comment

Previous Post Next Post